Laman

Kamis, 15 Oktober 2009

Sumur Artesis Sebabkan Debit Mata Air Turun

Selasa, 08 September 2009 , 05:01:00


BANDUNG, (PRLM).- Debit mata air dan permukaan air tanah kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda Dago Pakar terus mengalami penurunan. Selain beralihnya fungsi sekitar kawasan menjadi perumahan, pengeboran sumur artesis juga ditengarai sebagai penyebab.


Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda, Ir. Noor Rochman, M.M. mengatakan, memasuki musim kemarau, debit air di sejumlah mata air di kawasan Tahura mengalami penurunan. ”Bahkan dari belasan seke (mata air-red.), tidak kurang dari empat seke yang mengalami kekeringan sedangkan sisanya mengalami penurunan debit air,” ujar Rochman.

Akibat menurunnya debit air tersebut, selain berpengaruh terhadap debit air sungai Cikapundung, juga berpengaruh terhadap ketersediaan air bersih bagi masyarakat sekitar kawasan.

”Setiap musim kemarau, debit mata air maupun air permukaan mengalami penurunan antara 20 hingga 30 persen dari kondisi musim hujan. Masyarakat yang paling merasakan akibat dari menurunnya debit air adalah masyarakat di Kampung Pakar dan Kampung Kordon, Desa Ciburial, Kab. Bandung, dan sejumlah perkampungan yang berada di Desa Buniwangi, Kab. Bandung Barat,” ujar Rochman.

Rochman menjelaskan, menurunnya debit air sejumlah mata air akibat keperluan masyarakat yang semakin meningkat. ”Rata-rata per orang setiap harinya menggunakan air tidak kurang dari 30 kubik, kalau dirata-ratakan setiap harinya penggunaan air bisa mencapai ribuan kubik,” ujar Rochman.

Penurunan debit air sejumlah mata air di musim kemarau saat ini kurang begitu dikhawatirkan karena hal tersebut berkaitan dengan siklus iklim. ”Justru yang kami takutkan adalah perubahan fungsi lahan dari lahan perkebunan menjadi perumahan mewah yang terus menempel ke kawasan,” kata Rochman.

Keberadaan rumah-rumah yang rata-rata mewah tersebut tidak bergantung pada keberadaan mata air atau mengambil air dari mata air seperti penduduk asli sekitar kawasan. Disinyalir, para pemilik membuat sumur artesis.

”Kami berharap instansi terkait, baik dari Kota Bandung, Kab. Bandung Barat, maupun Kab. Bandung, untuk melakukan pengawasan terhadap kemungkinan pembuatan sumur artesis yang dibuat masyarakat,” ujar Rochman.

Sementara itu, Iip (47) warga Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kab. Bandung mengaku, dalam satu pekan terakhir air yang dialirkan melalui pipa dari sumber mata air sudah tidak mengalir. ”Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terpaksa kami harus langsung ke mata air atau ke Sungai Cikapundung,” ujar Iip. (A-87/A-147)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar