Laman

Rabu, 04 November 2015

Konsep dan Filosofi Sederhana Rekayasa Geologi



Suatu pernyataan yang melukiskan tujuan dan maksud disiplin ilmu bisa bervariasi dari negara ke negara. Penyusunan kata dan interpretasi yang dibutuhkan tergantung dari praktisi nasional dan lokal. Pernyataan itu dapat dikembangkan menjadi kerangka agar mencapai hasil kerja yang komprehensif, tanpa hal itu maka pemahaman penggunaan ilmu menjadi buram. Maka, setiap disiplin ilmu harus mempunyai tujuan dan maksud. Seperti halnya IAEG yang telah membuat pernyataan suatu redefinisi misi pada tahun 1998 sebagai “The International Association for Engineering Geology and The Environment”. Sedangkan The Association of Engineering Geologist menegaskan dalam Anual Report sebagai berikut:

Engineering Geology is defined by the Association of Engineering Geologists as the discipline of applying geologic data, techniques, and principles to the study both of a) naturally occurring rock and soil materials, and surface and sub-surface fluids and b) the interaction of introduced materials and processes with the geologic environment, so that geologic factors affecting the planning, design, construction, operation and maintenance of engineering structures (fixed works) and the development, protection and remediation of ground-water resources are adequately recognized, interpreted and presented for use in engineering and related practice.

Banyak kasus dimana para ahli geologi teknik hanya merupakan esensi dari ahli geologi yang sekedar menyalurkan data dasar geologi kepada para insinyur sipil, tanpa interpretasi. Akhirnya, membuat hasil kerja para ahli rekayasa geologi tidak dapat diimplementasikan dalam suatu rancangan konstruksi, hanya menambah tumpukan berkas pada rak buku. Dibeberapa kasus lain, para ahli rekayasa geologi malah turut merancang fondasi dan stabilitas kemiringan lereng pada skala rinci malah menggantikan posisi dan membuang waktu para ahli geoteknik sipil. Kejelasan hasil studi tergantung dari pelatihan dan pengalaman para ahli rekayasa geologi yang terlibat, dan sikap prilaku dari organisasi tempat mereka bekerja.

Masalah lain juga terungkap di ranah hidrogeologi. Pada sebagian negara banyak melakukan eksplorasi sumber air minum yang dilakukan oleh ahli rekayasa geologi. Sedangkan dibeberapa negara lain hal tersebut ditangani oleh spesialis hidrogeologis. Walau banyak kemiripan, ranah hidrogeologi sedikit terpisah dari ranah rekayasa geologi. Budaya suatu negara terhadap sains dan rekayasa memang sangat mempengaruhi kecenderungan tersebut.

Rekayasa Geologi merupakan bagian dari “geological engineering”, “geotechnical engineering”, “earth science engineering”, “environmental geology”, “engineering geomorphology” dan seterusnya. Jika ada perbedaan konten dan disiplin ilmu yang terdeskripsi dengan nama yang sama maka hal tersebut kemungkinan berasal dari pelatihan dan pengalaman para praktisi. Rekayasa Geologi diajarkan sebagai pengembangan tingkat lanjut mengikuti dari qualifikasi ilmu sebelumnya. Jika awalnya adalah ahli geologi maka hasilnya merupakan engineering geologist; sedangkan jika awalnya adalah teknik sipil maka hasil setelahnya merupakan geotechnical engineer.

Apapun asal dan pelatihan mereka, tugas dan kontribusi seorang ahli rekayasa geologi menyediakan tingkat pemahaman tentang kondisi permukaan tanah atau lahan agar memastikan pekerjaan rekayasa konstruksi dapat berjalan dengan baik, termasuk mensubstitusi estimasi waktu dan biaya. Sebagai tambahan, suatu pekerjaan jangan sampai gagal hanya karena ketidakpahaman atau kesenjangan pengetahuan tentang kondisi permukaan lahan secara alami. Kegagalan rekayasa dapat mengakibatkan biaya tinggi dan kecelakaan, yang pasti adalah pembiayaan pekerjaan yang membengkak sebagai konsekuensi keterlambatan kerja. Untuk mencegah terjadi kegagalan dan kecelakaan, keterlibatan ilmu geologi di lapangan sebagai penunjang membuat desain dan konstruksi dalam pekerjaan sipil harus ditentukan, dipahami dan dijelaskan sejelas-jelasnya. Persoalan dan tantangan bagi para ahli geologi dalam dunia proyek rekayasa adalah bagaimana cara agar tingkat pengertian atau tujuan dari rekayasa geologi dapat tercapai.

Dibalik tujuan dan maksud seluruh disiplin ilmu, para ahli rekayasa harus membuka pikiran agar mendapatkan filosofi dasar atau ilmu yang dapat membuat suatu pendekatan untuk menyelesaikan suatu masalah. Folosofi Rekayasa Geologi didasari pada tiga premis sederhana. Saking sederhananya premis ini terkesan bodoh, padahal cukup efektif dijadikan sebagai dasar pemikiran rekayasa geologi:
  1. Seluruh pekerjaan rekayasa konstruksi pasti berada disuatu lahan dan selalu berhadapan dengan tanah dan batuan, baik pekerjaan ground maupun underground.
  2. Setiap lahan, pada karakter tertentu, akan selalu bereaksi terhadap konstruksi hasil pekerjaan rekayasa sipil.
  3. Reaksi dari suatu permukaan tanah (engineering behaviour) pada sebagian pekerjaan rekayasa sipil harus terakomodir oleh pekerjaan tersebut.

Premis pertama cukup sederhana dan sangat jelas. Sebenarnya dengan premis ini akan terlihat bahwa pekerjaan desain dan keputusan melaksanakan suatu proyek bisa melibatkan banyak cabang ilmu, seperti sipil, arsitek, geodesi, perencana tata ruang, dan ilmu lain yang berkaitan langsung dengan lahan dan tanah yang akan dibangun. Dalam menyusun perencanaan, pihak yang terlibat saling memberi sudut pandang secara menyeluruh dan berkelanjutan dari awal perencanaan hingga penyelesaian proyek.

Bangunan dan seluruh infrastrukturnya merupakan ekstensi dari permukaan tanah, itu adalah konsep vital. Masalah akan selalu muncul ketika konsep ini seringkali dilupakan, bahkan tidak dihiraukan, oleh sebagian anggota tim yang berkontribusi pada pekerjaan.

Suatu premis menyatakan bahwa permukaan tanah selalu bereaksi pada pelaksanaan maupun hasil pekerjaan rekayasa konstruksi merupakan fakta tersendiri. Ini memang jadi persoalan, namun bisa diselesaikan dengan menilai besarnya sifat-sifat alamiah agar mendapat gambaran reaksi permukaan tanah terhadap konstruksi dan operasi proyek. Reaksi permukaan tanah ini berhubungan dengan prilaku kegiatan rekayasa pada permukaan tanah. Adakalanya reaksi yang muncul -bisa dikatakan- sedikit bahkan tidak terlalu signifikan, atau malah banyak hingga terjadi bencana. Semua reaksi pada permukaan tanah tersebut tergantung dari sifat geologi dan kegiatan kerja rekayasa sipil di lapangan.

Dengan mengetahui sifat alamiah suatu permukaan tanah maka premis yang ketiga bisa terpenuhi, sebagai hasil penilaian reaksi permukaan tanah pada suatu lahan dengan kondisi geologi tertentu. Dengan demikian pekerjaan rekayasa dapat didesain, sehingga suatu bangunan akan terkonstruksi dan dapat dioperasikan diatas kondisi geologi tanpa kerusakan signifikan yang berkelanjutan.

Untuk menentukan engineering behaviour dari suatu permukaan tanah maka harus mengetahui: Engineering properties (dalam arti luas) dari groundmass; dan Rancangan engineering work yang diusulkan. Aliran data kedua variabel tersebut harus dibawa dan diproses bersama agar dapat menentukan prilaku engineering pada permukaan tanah tertentu. Hal tersebut sangatlah vital bahwa akuisisi dan pengolahan data dilakukan secara sistematis untuk memastikan agar saat melakukan analisis tidak ada faktor signifikan yang dihilangkan. Masalah lain adalah merancang sistem untuk melakukan hal ini. John Knill dari Imperial College dan David Price merumuskan suatu konsep dalam buku “Engineering Geologi” . Konsep yang mereka giring dalam urusan rekayasa geologi ini bahwa urutan operasi yang harus diikuti agar sampai bisa menentukan perilaku rekayasa permukaan tanah dapat dinyatakan melalui tiga persamaan sebagai berikut:

  • material properties + mass fabric = mass properties
  • mass properties + environment = the engineering geological matrix
  • the engineering geological matrix + changes produced by the engineering work = the engineering behaviour of the ground

Istilah yang digunakan pada persamaan tersebut membutuhkan beberapa penjelasan. Material bisa jadi adalah batuan, tanah dan fluida atau gas yang dikandung bersamanya. Material Properties merupakan properti yang memiliki sesuatu yang signifikan dalam rekayasa, seperti densitas, shear strength, deformability, dan lainnya. Mass Fabric mendeskripsikan penataan suatu bahan yang mengatur massa (dalam lapisan, dykes, vein, sill, dan lain-lain) dan termasuk juga ketidakselarasan (joint, fault, dan lain-lain), semua itu campur aduk menjadi suatu massa. Dengan demikian, jika telah diketahui bagaimana berbagai macam material terdistribusi dalam volume tanah yang mendapat tekanan konstruksi bangunan maka reaksi groundmass pada engineering construction dapat diketahui dan terukur..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar